Thursday 8 December 2011

Antara Behaviour dan perut

Tadi pagi, banyak teman training saya ketahuan makan kelebihan makanan dari jatah sarapan tadi pagi. Gerombolan kelaparan tersebut melahap nasi bungkus sisa di ruang makan setelah waktu sarapan berahir. Sepele memang, namun ini berpotensi menjadi suatu masalah besar di kala pembina kedisiplinan dan fisik dari Yon-infanteri depan kompleks perusahaan yang berpangkat Sersan Mayor memergokinya. Memang jatah makanan kami pagi hari kurang mengenyangkan maupun bergizi, namun yang perlu digaris besari adalah, apa yang dilakukan gerombolan kelaparan tersebut berpotensi untuk menaruh relasinya yang tak bersalah dalam hukuman, selain itu, kelakuan mereka juga bukan kelakuan yang pantas dilakukan

Memang, tindakan kekanak-kanakan, pembangkang, urakan, dan kampungan sering timbul dikalangan siswa training disini. Perlu dimaklumi bahwa mereka berasal dari latar belakang bermacam-macam, dan tidak semua juga diajari attitude dan behaviour baik dari orang tua, sekolah dan lingkungan mereka. Bahkan terkadang menggambarkan ketidak(belum)adaan kedewasaan dalam diri mereka, masalah sepele seperti makanan seringkali menjadi masalah. Untuk prilaku kampungan, faktor penyebab dari sisi geografis asal mereka saya kira juga masih menjadi perhitungan minor, karena baik dari kota maupun desa, kelakuannya kurang lebih sama, namun memang, ada sugesti kecil saya bahwa "orang desa" itu kampungan, norak, urakan dan kekanak-kanakan.

Dari sini seharusnya kita belajar, bahwa dimanapun kita berada kita harus mampu beradaptasi. Ketika kita di training di lingkungan kerja seharusnya juga dapat menempatkan diri dengan benar. Bukan berarti diri saya sudah sempurna, namun kelakuan kekanak-kanakan seperti itu seharusnya sudah mulai dihilangkan, bukan di budayakan. Bahkan saya tidak menyalahkan kalau pembina disiplin sering memberikan hukuman, tapi yang disayangkan adalah bagaimana mereka menyikapi hukuman yang diberikan.

Tipikal seperti ini tersebar hampir diseluruh indonesia, dimana orang sangat sulit sekali diatur. Tipikal orang indonesia ketika menghadapi hukum pun dengan sugesti "hukum ada untuk di langgar". Tipikal seperti ini pun tersebar dengan sifat penyerobot antrian, berebut materi, tidak menghargai, sulit mau menerima masukan, dan bercanda pada tempatnya.

Tipikal ini adalah tipikal yang tidak saya sukai dari orang indonesia.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Catatan seorang webmaster newbie
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top