Wednesday, 30 November 2011
Absurd, indonesia kelaparan
. tanah yang subur sangat lah melimpah di indonesia, tapi nyatanya kita masih mengimpor jutaan ton beras, sayur-mayur, dan buah dari negara lain. Tanda tanya besar, setan apakah yang merasuki bangsa ini? 'Apakah kerbau sudah berhenti membajak sawah' kata seorang teman saya.
Untuk diingat potensi pertanian indonesia lemah karena faktor-faktor berikut:
Para generasi penerus petani tidak mau bertani
Dewasa ini kita melihat, anak seorang petani sukses berkuliah dikota besar jauh-jauh untuk masuk fakultas kedokteran dan keuangan. Mau makan apa bangsa ini? Apa kah dalam 'magic jar' kita harus di isi dengan paracetamol? Atau kita bisa kenyang dengan tumpukan buku hutang? Jawabannya tentu tidak.
Para petani yang miskin dan buruh tani pun banyak yang mulai muak, mereka dengan polosnya merantaui ke kota-kota besar, banyak yang bekerja kasar, serabutan, dan tidak jelas rantaunya. Anak-anak mereka menjadi tanpa harapan termakan ganas kota besar dan menjadi lebih marjinal dibanding sebelumnya.
Parahnya lagi mereka enggan kembali ke desa mereka dengan alasan klasik "enggan kembali ke pekerjaan sebelumnya" karena hasil kerja mereka di kota besar secara nominal lebih besar dar pada menjadi buruh tani, atau menggarap lahan kecil milik mereka.
Kurang nya petani terpelajar
Saya tanya, berapa persen mahasiswa fakultas pertanian yang setelah lulus bekerja di sektor agrikultur secara langsung. Petani yang berpendidikan akan dapat memanfaatkan lahan dengan bijak dan maksimal. Kualitas hasil tanam pun akan dapat meningkat. Bakar saja seorang mahasiswa fakultas pertanian yang hanya menjadikan fakultas pertanian pelarian karena tidak dapat masuk fakultas lain.
Peminat fakultas pertanian pun sangat kecil dibanding fakultas lainnya, di banding dengan fakultas pemakan uang lainnya. Pertanian seolah-olah termarjinalkan.
Lihat sayuran lokal, seperti tak bermutu sekali, kecil dan nampak tak punya semangat hidup. Para petani pun hanya mengeluh tanpa mencari solusi soal hasil pertanian yang di hargai murah, padahal, bila mereka terdidik, terbina lah setidaknya mereka dapat menanam sayuran dengan kualitas bagus, organik bahkan, dan memasoknya ke supermarket yang tentunya menghargai sayuran mereka.
Pertanian skala besar
Mutlak! Industrialisasi pertanian itu diperlukan untuk membentuk suplai makanan yang mencukupi bahkan dapat surplus. Lahan luas, bibit unggul, proses penanaman dan perawatan yang terstandar, kontrol kualitas dan hama, penggunaan alat mekanis, serta kontrol nutrisi tanaman adalah kunci industri pertanian.
Penggunaan alat mekanis mempercepat proses panen dan tanam, serta mengurangi sumber daya manusia yang di perlukan. Bibit unggul dapat mengurangi masa tanam dan meningkatkan output produksi.
Bila industri pertanian belum berkembang, sulit rasanya bagi bangsa ini untuk swasembada.
Lahan pertanian yang kurang
Lahan di jawa semakin terhimpit oleh lajunya pertumbuhan. Solusi nya adalah pemanfaatan lahan di luar jawa, seperti lahan humus sumatra dan sulawesi. Cukup banyak lahan yang bisa di tanami di sumatra dan sulawesi dan infrastruktur untuk pengiriman ke jawa pun telah tersedia.
Sekapur sirih
Bangkitlah bangsa indonesia, mulialah mereka yang bekerja dalam bidang teknologi pertanian. Karena dasar suatu bangsa adalah pangan, tanpa itu susah suatu bangsa swasembada. Kita di anugrahi tanah yang subur, megapa kita tidak memanfaatkannya? Malah banyak dari kita yang terlena dengan sektor perkantoran, padahal kita tahu banyak pengangguran dari sektor itu. Eh, kita? Lu aja kali!
0 comments